|
Sebagai
sumber hara, pupuk merupakan sarana produksi yang memegang peranan
penting dalam meningkatkan produktivitas tanaman pangan. Menurut
Adiningsih dkk., (1989), 85% dari total kebutuhan pupuk disektor
pertanian, digunakan petani untuk meningkatkan produksi padi di lahan
sawah irigasi. Masalahnya adalah penggunaan pupuk kimiawi secara terus
menerus pada dosis tinggi dapat berpengaruh negatif terhadap lingkungan,
dan menurunkan tingkat efisiensi penggunaannya (Juliardi, 1995).
Sering terdengar bahwa, apabila terjadi kelangkaan pupuk target
produksi tidak tercapai. Oleh sebab itu, tantangan dalam upaya
meningkatkan efisiensi pemupukan adalah mengelola pupuk secara tepat
sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lahan agar produktivitas
tanaman tetap tinggi. Dalam penerapan teknologi pemupukan untuk
meningkatkan produktivitas lahan perlu memperhatikan: (a) kemampuan
sifat fisik, kimia dan biologi tanah dalam mendukung penyediaan nutrisi,
(b) kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara, dan (c) pemilihan
jenis pupuk yang akan digunakan. Pertimbangan ketiga hal tersebut
diperlukan agar pencapaian produksi pertanian dapat dioptimalkan.
Telah diketahui bahwa kemampuan tanah dalam menyediakan hara bagi
tanaman tergantung pada: (a) kapasitas tanah untuk mensuplai hara, (b)
daya ikat dan melepas hara dari dalam tanah dan (c) mobilitas hara dari
pupuk yang digunakan. Saat ini ketiga faktor tersebut belum banyak
dijadikan dasar pertimbangan dalam penetapan kebutuhan pupuk di
lapangan, akibatnya efisiensi pemanfaatan pupuk oleh tanaman masih
rendah.Untuk pertumbuhannya, tananam memerlukan suplai hara yang berasal dari berbagai sumber. Menurut Dobermann dan Fairhurst (2000), untuk setiap ton padi yang dihasilkan dibutuhkan sekitar 14,7 kg N; 2,6 kg P dan 14,5 kg K/ha yang dapat diperoleh tanaman dari tanah, air irigasi, sisa tanaman atau dari pupuk (organik dan/atau anorganik) yang ditambahkan. Makin tinggi hasil yang diperoleh makin besar hara yang dibutuhkan, dan sebaliknya.
Strategi pengelolaan hara yang efektif dan efisien selayaknya ditujukan untuk memaksimalkan penyerapan hara dari pupuk dan hara asli tanah ke dalam tanaman. Hal tersebut dapat diupayakan melalui pengelolaan tanaman yang baik agar dapat memanfaatkan sebaik mungkin hara yang tersedia, meminimalkan risiko gagal panen dengan menggunakan pupuk secara efisien sesuai dengan target hasil yang ditetapkan secara realistis dan ekonomis. Dalam hal pengelolaan hara P dan K diperlukan strategi jangka panjang yang terkait dengan sifat P yang tidak mobil sehingga P tidak mudah tersedia bagi tanaman dan tidak mudah hilang dari tanah. Pengelolaan hara P dan K lebih kompleks, karena itu perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: (1) perubahan ketersediaan hara P dan K alami dalam tanah, (2) pengaruh penimbunan hara P dalam tanah sebagai akibat dari pemberian pupuk P secara intensif dan terus menerus, dan (3) pemeliharaan tingkat kesuburan dan status hara P tanah pada level optimal. Hal ini terkait dengan penentuan takaran pupuk P, yang perlu ditambahkan untuk mencapai keseimbangan hara dalam tanah agar mampu mencukupi kebutuhan tanaman padi dan tidak menimbulkan kekahatan hara lain seperti Zn dan N.
Berdasarkan pertimbangan di atas, penggunaan pupuk pada padi sawah seyogyanya memenuhi persyaratan antara lain: (1) memenuhi keperluan hara tanaman dengan mempertimbangkan ketersediaan dalam tanah dan suplai dari luar untuk menjamin perolehan hasil gabah yang tinggi, baik kuantitas maupun kualitas, (2) menekan kehilangan hara dari tanah, tanaman dan air untuk pelestarian lingkungan, (3) mudah digunakan baik oleh petani kecil maupun petani berskala besar, dan (4) teknologi baru pengelolaan pupuk yang dianjurkan lebih mudah diterapkan dibandingkan dengan teknologi yang sudah ada.
A. Masalah Kesuburan Tanah
a. Penurunan Kesuburan Tanah
Penyusutan kesuburan tanah sebagian disebabkan oleh adanya kehilangan hara dari tanah, yang dapat terjadi melalui pemanenan hasil tanaman (panen hara), aliran air permukaan (run off), dan pelindian (leaching). Kehilangan hara karena pemanenan hasil tanaman tergantung pada produksi dan cara panennya. Tabel 1 menunjukkan banyaknya unsur N, P, dan K serta hara mikro lain yang diserap tanaman padi per hektar. Terlihat bahwa peluang kehilangan hara meningkat sejalan dengan produksinya. Kehilangan karena panen akan besar apabila jerami ikut terangkut keluar sebab jerami juga banyak mengandung hara, termasuk Si dan terutama K, karena sekitar 80% dari K yang terserap tanaman padi tersimpan dalam jerami.